Hati-hati

Bila usia kita meningkat dewasa, kita lupa siapa kita 10 tahun yang lalu. Kita mudah lupa tentang yang dinamakan pengorbanan ayah dan ibu. Padahal waktu kita tiada mengenal A, B dan C merekalah yang menjunjung tinggi mengajar dan membelai dengan penuh kasih (bahkan seumpama terus dari Illahi). Kini, bila usia mulai mencapai keremajaan, kedewasaan kita lupa kerna asyik dengan kehidupan kita saja, lupa pada siapa yang membesarkan kita, malah lupa terus pada yang Maha Esa. Siapa kita nak menolak takdir dariNya? Masakan hujan sampai ke petang? Pasti bergilir kan upaya dan daya kita untuk meneruskan kehidupan tanpa restu terutama dari Illahi?

Maka, di sini lahirnya seorang pejuang duniawi. Seorang pejuang manusiawi, bergelar siswazah bukan beerti belajar tanpa henti, menulis lagu yang iramanya sepi, mengarang nota yang beralun nada sunyi tapi kita di dunia ini sudah termaktub tugasnya sebagai khalifah bumi! Bukan duduk di kerusi saja menanti kerja di sana sini, bukan hanya menunggu "kepulan" dana dari yang entah dari mana sumbernya, bangun segera! Bukan untuk sesiapa, untuk kita juga sepertinya!

Cinta? hai cik adik dan cik abang, dah berupaya mencintai ayah dan ibu? dah berusaha menjadi anak yang taat? dah berusaha memberi apa yang mereka mahu? dah mulakan perhitungan memberi kepada saudara sendiri? jika ya, nah teruskan.. jika belum, maka lupakan.. 

tanggungjawabmu masih berat, masih terlalu awal untuk usiamu memberi pada yang lain selain dari ayah dan ibumu, masih terlalu muda untuk melangkah pergi meninggalkan yang lama sambil hatimu diusik yang baru? Ini bukan soal mempertikai hal cinta, ini juga bukan soal memperjudikan maruah kita, tetapi kita sama-sama seorang anak, sama-sama seorang mahasiswa, sama-sama seorang yang tahu budi itu ada pada keduanya, sama-sama tahu bahawa syurga dan neraka itu ada yang layak untuknya. 

Nasihat itu tak perlu berbasa basi, tidak perlu berhitung puisi, tidak perlu kerna semuanya terdapat di segumpal darah yang bernama hati.